Asa untuk ASI, karena tak ada Air Susu Ayah (ASA) ^^
Ohayo...! Kala pertama kali memiliki seorang anak, tentu perasaan orang tua campur aduk ya. Senang, terharu karena sudah jadi orang tua (ciee..), agak gugup karena perubahan yang dialami dalam hidup, serta perasaan kuatir atas tantangan yang dihadapi.
Nah,tantangan yang perlu dihadapi itu biasanya dapat diatasi dengan semangat belajar. Bagi saya,contoh semangat belajar yang harus terus dipupuk kala itu adalah mendampingi istri dalam memberikan ASI eksklusif untuk anak kami. Saat itu,saya masih asing banget rasanya dengan istilah ASIKS yang sering disebut-sebut oleh istri saya. ASIKS itu apa gerangan?
Ahaha.. akhirnya saya ngeh juga kalau ternyata ASIKS itu kependekan dari ASI eksklusif yang tidak asing bagi saya. Tidak asing karena Alhamdulillah Ibu saya juga dulu bergiat di bidang Kesehatan Ibu dan Anak sehingga saya bisa dibilang,yah,cukup familiar lah.
Tapi sekali lagi,karena saya laki-laki dan memang tidak mendalami hal tersebut,jadilah saat anak pertama kamu lahir dan istri saya menjalankan program ASIK untuk anak kami, saya haruuuus amat banyak belajar.
Berawal dari keengganan istri saya saya mengenalkan makhluk bernama dot untuk anak kami. Padahal mudah sekali menemukan bayi seusia anak kami waktu itu yang menggunakan dot satu paket dengan botol bayi di sekitar kami. Atau malah..ada yang menggunakan empeng ^^. Apa alasannya ya? Oh, ternyata untuk menghindari anak kami bingung puting sehingga kelak tidak akan bermasalah dengan ASI-nya. Tentu bagi sebagian orang yang memang karena keterbatasan tidak dapat meneteki langsung (sudah lama tidak mendapati kata meneteki ini mengudara loh) namun tetap ingin menyusui (bahkan istilah ibu menyusui kini jauh lebih populer dibandingkan ibu meneteki: busui dan buteki) akhirnya memberikan ASI mereka menggunakan pipet, sendok, atau juga menggunakan dot. Pada kondisi kami yang tidak memberikan dot, bersyukur pula proses meneteki dapat berjalan lancar..
Tantangan berikutnya adalah..saat setelah sekitar dua bulan, namun kondisi istri saya belum pulih juga dari luka pasca melahirkannya. Setelah kami konsultasikan ke dokter...ia memutuskan bahwa istri saya harus rawat inap setidaknya satu malam untuk tindakan yang akan dilakukanya. Nah loh... yang kami pikirkan saat itu adalah..apabila harus rawat inap, bagaimana dengan anak kami? Yeah..akhirnya untuk persiapan apabila nanti harus rawat inap dan anak harus ditinggal..maka selusin botol ASI Perah dan dotnya (ya, dot yang tadi saya sisihkan jauh-jauh itu ^^) pun dibeli. Ternyata memerah ASI itu tidak semudah meneteki ya.. Saat diteteki begitu lancar, namun saat diperah lebih sedikit namun lebih melelahkan (kata istri yang melakukannya loh, saya saat itu menemani saja dengan memegan anak kami). Masa itu pun diisi dengan melatih anak kami untuk mengenal dot. Akan tetapi... percobaan pertama gagal karena anak kami hanya memainkan dotnya saja tanpa mau menghisapnya. Begitu pula percobaan kedua. Baiklah..akhirnya kami memutuskan bahwa ia memang ternyata tidak ingin mengenal dot sehingga kami harus mencari rumah sakit yang dapat menerima rawat inap bersama bayi. Tentu saja...dengan amat saya ASIP yang sudah diupayakan tersebut jadi tidak terminum pula.. Oh ya, ternyata pada akhirnya istri saya tidak jadi rawat inap, karena dengan rawat jalan sudah pulih pula. Bersyukur lagi.. :)
Tantangan ketiga adalah saat anak kami baru berusia lima bulan, ternyata ia hamil lagi. Jreng jreng...yang langsung muncul dalam benak saya saat itu adalah wah, apakah anak pertama kami kelak harus berhenti menyusui? Malang benar! Setelah konsultasi dengan dokter SPOG yang memeriksa kehamilan istri saya, dan menanyakan apakah istri tetap dapat menyusui ternyata dijawab dengan: "Ga apa-apa kok, tetap susui aja. Mungkin akan ada kontraksi tapi kalau tidak membahayakan kehamilan masih tetap bisa" Bersyukur lagi, ternyata masih tetap bisa. Hingga hamil tua (sudah lewat masa ASIKS) dan melahirkan pun ternyata istri tetap diberi kemudahan untuk tetap dapat meneteki anak kami. Akan tetapi, lagi-lagi kondisi setiap orang berbeda-beda ya. Ada beberapa rekan kami yang hamil juga saat anak pertamanya masih di usia ASIKS dan ternyata karena membahayakan kehamilannya, maka dengan kerelaan harus berhenti menyusui anaknya, Ada pula yang harus berhenti menyusui anaknya saat sudah hamil tua. Kami pun belajar lebih banyak bahwa kondisi setiap orang memang berbeda, namun setiap orangtua pasti menghendaki yang terai untuk anaknya. Pasti!
Tulisan saya di blog ini dibuat untuk merayakan pemberian ASI dalam rangka Pekan ASI Dunia oleh para ibu di seluruh dunia, yang didukung oleh para ayah dengan asa di seluruh dunia pula, hhe.. Karena kerjasama yang baik antara ASI dari Ibu dan asa dari Ayah akan mendukung pemberian ASI dengan sangat baik untuk seluruh buah hati yang telah lahir ke dunia ini. :) Menulis di saat akhir untuk ikutan give away-nya Mba Ira Guslina.Yeeay..Terima kasih Mba!
Asa untuk ASI, karena tak ada Air Susu Ayah (ASA) ^^
Reviewed by rancage
on
Agustus 25, 2016
Rating: 5